Saya tidak tahu pasti siapa pemilik ungkapan tersebut; mungkin almarhum KH. Zainuddin MZ, sebagaimana saya dengar dari ceramah radio semasa SD dulu. Kurang lebih artinya adalah ambillah nasehat-nasehat baik dari siapa saja dan apa saja, tanpa pandang bulu. Tentang hal ini saya pernah mengalaminya di mana seorang kawan yang berprofesi sebagai bandar togel justru mewanti-wanti saya agar jangan membeli nomer buntut itu kalau tidak kepingin kere.
Sebetulnya, kalau kita mau membuka mata sedikit saja, kita akan menemukan hal-hal remeh yang dapat kita ambil sisi plus-plusnya. Tapi kita justru mengabaikannya. Salah satu yang kerap kita abaikan adalah iklan. Begitu iklan numpang lewat di program acara yang kita gilai, buru-buru kita mencet remote buat nyari chanel lain. Ya, itu karena kita sudah antipati terhadap pesan-pesan komersialnya.
Nah, salah satu iklan yang menarik bagi saya adalah iklan teh celup Sariwangi edisi macet (bukan titipan sponsor lho). Sampeyan sudah pada tahu kan iklan tersebut. Tapi ndak ada salahnya kalau saya gambarkan lagi:
Coba apa yang akan terjadi, andai begitu pulang, laki-laki capek itu justru ditodong oleh sang istri buat ngelunasi kreditan tas Hermes seperti kepunyaan Syahrini, tunggakan permata dan segala macem perhiasan. Tentu dia akan emosi seemosi-emosinya. Makin tambah emosi seemosi-emosinya ketika anaknya keluar kamar bukan naik pesawat-pesawatan dari kardus, melainkan langsung nangis gulung koming minta dibelikan tablet dan console game baru lagi karena tablet dan console game yang dibelikan kemarin sudah remuk. Boleh jadi laki-laki capek itu akan segera kalap. Matanya jadi gelap, tak melihat lagi siapa-siapa yang ada di depannya. Dan akhirnya .... "Mampuslah kalian, keparat!!!" Dor! Dor! Dor! Tiga peluru bersarang di tiga kepala. Tiga tubuh tergeletak bersimbah darah di ruang keluarga. Darah kental merah kehitaman mengalir, melewati sela-sela pintu. Dua orang satpam yang kebetulan melintas terperangah melihatnya, saling berpandangan sebentar, lalu bergegas menemui pak RT untuk melaporkannya.
Meski kejet-kejet di ruang ICU, laki-laki itu, suami itu, selamat dari upaya bunuh diri seusai menghabisi anak-istrinya. Berdasarkan hasil pemeriksaan medis, dokter, atasan dan bawahannya menyatakan bahwa dia mengidap schizophrenia. Padahal, kemarin dia waras-waras saja.
Hmmm, berbahagialah sampeyan punya istri yang murah senyum, sabar, ikhlas dan narimo serta anak yang cuma mainan kardus. Pun punya teh celup di rumah.
Salam.
Sebetulnya, kalau kita mau membuka mata sedikit saja, kita akan menemukan hal-hal remeh yang dapat kita ambil sisi plus-plusnya. Tapi kita justru mengabaikannya. Salah satu yang kerap kita abaikan adalah iklan. Begitu iklan numpang lewat di program acara yang kita gilai, buru-buru kita mencet remote buat nyari chanel lain. Ya, itu karena kita sudah antipati terhadap pesan-pesan komersialnya.
Nah, salah satu iklan yang menarik bagi saya adalah iklan teh celup Sariwangi edisi macet (bukan titipan sponsor lho). Sampeyan sudah pada tahu kan iklan tersebut. Tapi ndak ada salahnya kalau saya gambarkan lagi:
Seorang laki-laki pekerja yang kejebak macet tampak kesal. Mukanya sekecut cuka. Mulutnya misuh-misuh mencoba mengurai lalu-lalang kendaraan yang menghalangi jalannya menuju pulang. Sesekali dia menengok arlojinya, sementara hari semakin gelap. Dia ingin lekas-lekas sampai, mungkin sudah sangat kebelet. Ah, akhirnya sampai juga di rumah. Tapi, betapa mangkelnya dia; sudah ndak dibukain pintu, begitu masuk rumah potongan-potongan kerdus pating sledak di depan matanya. Kekesalan yang mulai reda, tumbuh lagi. Mulutnya siap misuh-misuh lagi. Tangan dan kakinya sudah terkokang untuk mengepruk meja dan membanting kursi. Tapi, mendadak sang istri muncul dengan senyum cantik dan dua cangkir teh celup yang masih kemepul. Laki-laki itu pun tersenyum lebar, emosinya segera turun, mak clesssssss. Lebih-lebih setelah mereguk teh celup persembahan sang istri. Senyumnya makin lebar dan hatinya makin mak clesssss kala sang anak keluar menerbangkan pesawat-pesawatan dari kardus yang sisa-sisa potongannya masih berserakan. Laki-laki itu kemudian nyeletuk, "Anterin kita ke Bali dong!" Keluarga kecil itu pun tertawa bersama. (Mari kita do'akan mereka tetap bahagia dan segera bisa berlibur ke Bali naik pesawat Kardus Airline).Apa yang saya tangkap dari iklan tersebut adalah emosi seorang suami yang sudah mengubun teredakan oleh senyuman istri, keceriaan sang anak dan jangan lupa, teh celup. Untuk yang terakhir bisa sampeyan ganti dengan kopi, susu, kopi susu atau cukup air putih, tergantung selera masing-masinglah.
Coba apa yang akan terjadi, andai begitu pulang, laki-laki capek itu justru ditodong oleh sang istri buat ngelunasi kreditan tas Hermes seperti kepunyaan Syahrini, tunggakan permata dan segala macem perhiasan. Tentu dia akan emosi seemosi-emosinya. Makin tambah emosi seemosi-emosinya ketika anaknya keluar kamar bukan naik pesawat-pesawatan dari kardus, melainkan langsung nangis gulung koming minta dibelikan tablet dan console game baru lagi karena tablet dan console game yang dibelikan kemarin sudah remuk. Boleh jadi laki-laki capek itu akan segera kalap. Matanya jadi gelap, tak melihat lagi siapa-siapa yang ada di depannya. Dan akhirnya .... "Mampuslah kalian, keparat!!!" Dor! Dor! Dor! Tiga peluru bersarang di tiga kepala. Tiga tubuh tergeletak bersimbah darah di ruang keluarga. Darah kental merah kehitaman mengalir, melewati sela-sela pintu. Dua orang satpam yang kebetulan melintas terperangah melihatnya, saling berpandangan sebentar, lalu bergegas menemui pak RT untuk melaporkannya.
Meski kejet-kejet di ruang ICU, laki-laki itu, suami itu, selamat dari upaya bunuh diri seusai menghabisi anak-istrinya. Berdasarkan hasil pemeriksaan medis, dokter, atasan dan bawahannya menyatakan bahwa dia mengidap schizophrenia. Padahal, kemarin dia waras-waras saja.
Hmmm, berbahagialah sampeyan punya istri yang murah senyum, sabar, ikhlas dan narimo serta anak yang cuma mainan kardus. Pun punya teh celup di rumah.
Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar