Rekarasa Buah Jamblang dan Leng-malengan

Kembali saya akan menulis tentang sesuatu yang saya alami waktu bocah dulu. Maklum sudah tua, ndak punya pengalaman berbau cafe, diskotik, distro dan semacemnya. Jadi, ya, bisanya cuma nulis kenangan-kenangan yang sama sekali tidak kekinian.
Kali ini saya akan cerita tentang dua jenis buah masa kecil yang sekarang sudah sulit untuk ditemukan lagi akibat tangan-tangan grathil manusia. Yang cukup nyeleneh dari buah-buah tersebut bukan perkara bentuknya, melainkan metode untuk merubah rasanya, rekarasa.
Yuk, simak orangtua punya cerita. Uhuk uhuk uhuk. #NgombeTehDisikPakde.
Jamblang (Duwet)
rekarasa buah jamblang dan leng-malengan
Buah ini mempunyai bermacam-macam nama lokal, seperti jambee kleng (Aceh), jambu kling (Gayo), jambu koliong (Riau), jambu kalang (Minang), jambulang (Sulut), jambulan (Flores), jambula (Ternate), jamblang (Betawi & Sunda), juwet atau duwet (Jawa), dhuwak (Madura) dan sebagainya. Nama ilmiahnya sendiri adalah Syzygium cumini. Menurut Wikipedia, meski warnanya serupa anggur, duwet adalah sejenis pohon buah dari suku jambu-jambuan (Myrtaceae). 
Di kampung saya, dulu banyak pohon-pohon duwet tumbuh liar lagi tak diurus─karena tidak laku di pasaran. Tiap libur sekolah, saya bersama teman sering hunting buahnya. Beda dengan mangga, mengambil buah ini tidak akan dianggap nyolong meskipun tanpa seizin yang empunya tegalan di mana pohon duwet tersebut tumbuh. Mau mengambil sak jebole juga ndak apa-apa, bebas. Hanya saja, sebaiknya jangan memakai baju putih karena buah duwet dapat menimbulkan noktah merah.
Selain dimakan di pohonnya, sisanya juga dibawa pulang. Lha, sekali hunting rakusnya bukan main e. Jadi eman-eman kalau ndak dibawa pulang. Biasanya dibungkus dengan kantong kresek atau daun jati. Nah, karena tidak semua buah duwet punya rasa yang manis, maka buah yang dibawa pulang tersebut lantas di-treatment biar rasanya manis. Caranya, ditaburi garam halus, kemudian dikocok-kocok dalam wadah tertutup. Hasilnya, cukup manjur. Daging buah tersebut menjadi lunak dan berkurang sepatnya.
Leng-malengan
rekarasa buah jamblang dan leng-malengan
Buah apakah ini? What is this?
Entah apa nama ilmiah dan nama lokal dari buah ini di daerah sampeyan. Saya sudah ngubek-ubek Google ndak nemu-nemu e. Tanya kawan yang pacaran kuliah di IPB juga ndak tahu. Leng-malengan sendiri merupakan nama dari buah ini dalam bahasa Madura. Secara etimologis, berasal dari kata "maleng" yang berarti maling. Jadi, leng-malengan berarti "maling-malingan." Aneh, ya?
Justru buah inilah yang persis menyerupai anggur; bentuk, daun dan cara tumbuhnya. Mangkanya, buah ini juga dijuluki sebagai anggur Madura oleh moyang kami. Hampir sama seperti duwet, buah ini juga dianaktirikan. Mau dimakan ataupun cuma buat mainan, si empunya tegalan tempat leng-malengan tumbuh ndak akan ngurus. Lha wong rasanya asem banget e.
Tapi bagi seorang bocah, asem bukanlah masalah besar. Kami tetap mempretelinya, terutama buah yang kemerahan. Nah, mungkin karena itulah, para orangtua kemudian memberi trik kepada kami gimana caranya agar rasa si leng-malengan berubah jadi manis, semanis kamu. Iya, kamu, kok malah tolah-toleh tho.
Caranya guampang banget: taruh leng-malengan dalam kantong kresek, ikat kuat-kuat dan kalau perlu sembunyikan di balik baju, lalu bawa lari keliling rumah sebanyak tujuh kali putaran sambil teriak, "Maleeeeeeeng! Maleeeeeeeng! Maleeeeeeeng!" Pokoknya, teriakannya mirip dengan teriakan orang yang kemalingan. Hasilnya? Sungguh-sungguh tiada hasil. Rasanya tetap asem. Bedebah! Tapi, lantaran kehausan habis lari keliling rumah, buah tersebut tetap kami makan. Tentu dengan mulut meringis dan mata merem-melek. Efeknya, tak jarang keesokan harinya kami mencret. Apakah kami kapok? Ooo, tentu tidak. kami tetap mengulangi lagi kesablengan tersebut.
Itulah dua buah-buahan liar yang masih cementel dalam memori saya sampai sekarang. Sayangnya, sekarang sudah ludes, habis kena mutilasi. Barangkali, keludesan buah-buah tersebut menjadi salah satu penyebab burung-burung enggan bertralala trilili lagi di kampung saya. 

1 komentar:

  1. Sama seperti pengalamanku waktu kecil. Di desaku, Bangkal, Sumenep, Madura, nama buah itu juga Leng-Malengan.

    Sebelum memakannya, biasanya saya dan teman-teman sepermainan akan berlari mundur sambil teriak maling.

    Kata teman yang lebih tua dariku, hanya itulah le-palena (obatnya) agar saat memakannya mulut kita tidak akan gatal.

    Ngomong, kamu orang mana, kawan?

    BalasHapus