Sejarah 2001 Pancen Nyenengkeh

Sejarah 2001 Pancen Nyenengkeh
Boleh jadi, di antara makhluk-makhluk purba Pendidikan Sejarah 2001 Universitas Sebelas Maret, sayalah yang paling bejo. Bayangkan, ngerjakan soal-soal UMPTN saja asal-asalan. Wis pokoke ndak ada harapan blas buat diterima di salah satu universitas kondang di Jawa Tengah tersebut. Harap maklum, saya nganggur dulu setahun sebelum kuliah, sudah lama tutup buku e. Saya juga cuma bocah ndeso yang berasal dari suatu dusun di luar Jawa, nun jauh dari Kuto Solo Berseri. Sementara yang lain berasal dari kota-kota di tlatah Jawa yang sudah maju-mapan keadaannya. Mereka pun lebih punya tampang dan intelejensia yang lebih kampusable ketimbang saya.
Saya ingat, waktu semua mahasiswa baru FKIP dikumpulkan di Student Center dan dikelompokkan berdasarkan program pendidikannya, betapa saya sekaku arca phallus yang gamang untuk memperkenalkan diri dan menceburkan kalimat dalam obrolan perkenalan teman-teman se-program. Lebih-lebih bahasa Jawa saya masih belum genah (meski punya separo darah biru Jawa). Alhamdulillah, satu dua teman sudi menanyai saya; nama, tempat tinggal dan asal SMA. Tapi, karena bawaannya ndak pede, ya saya cuma witing jawab, sekecap dua kecap saja.
Akhirnya, waktu jualah yang kemudian mengakrabkan dan menyatukan kami. Kami menjelma sebagai angkatan yang solid. Sehati, meski tidak seasmara. Kami juga kerap mengadakan kunjungan dolan, baik ke kost atau ke rumah masing-masing (terutama pas isi dompet lagi mepet). Ndak ada yang namanya intrik dan konflik terbuka, apalagi gerakan separatis. Jangan sampai pula ada yang coba-coba nyubit salah satu dari kami kalau ndak kepengin kami libas pake kapak perimbas. Bersatu kita teguh, bercerai kawin lagi, itulah prinsip dan kunci persaudaraan kami. Demit ora ndulit, setan ora doyan, itulah japa mantra kekompakan kami.
Gara-gara itulah, kami jadi proyek percontohan. Tak jarang, beberapa kenalan dari program pendidikan lain menyaluti kekinthilan pergaulan kami.
"Sejarah rung ewu siji kompak  tenan yo."
"Hambok koyo Sejarah rung ewu siji kae lho!"
"Resepe opo tho, kok Sejarah rung ewu siji iso well?"
Sungguh, saya merasa bejo banget bisa ngumpul bareng mereka. Empat tahun memang waktu yang singkat, tapi kenangan tentang mereka takkan pudar selama hayat masih di kandung badan. Bahkan, sampai saat ini, ketika mudik ke rumah simbah di Sukoharjo, saya sempatkan untuk nongkrong di Universitas Sebelas Maret untuk sekedar mengais hal-hal yang telah terjadi belasan tahun lalu.
Apa lagi ya?
Hery Bagong
Oh, ya. Ini yang tak bisa saya lupakan juga selama saya mengejar ke-S.Pd-an di Program Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret. Margaretha! Dulu dia teman limited edition. Dari sekian pria-pria elegan nan flamboyan di Sejarah 2001, cuma saya, Hery Bagong dan Fajar Oglek yang menggaulinya. Saking intimnya sama si Margaretha, saya selalu kena damprat oleh teman perempuan se-program yang paling akrab, Sister Wahyu Unyil. Tiap konangan lagi indehoy bersama Margaretha, jangan harap saya selamat dari dampratannya yang super maut itu. Mungkin sister saya yang ayu itu ndak mau saya mati karena Margaretha. Baginya saya ini TTM-nya, Teman Tapi Messakke.
Sampeyan mesti bertanya-tanya siapa Margaretha kok bisa saja membunuh saya. Margaretha itu jenis miras lokal, oplosan ciu dan sari jeruk. Warnya kuning segar, namun jangan coba-coba untuk menenggaknya. Cukup lama saya ketagihan mendhem Margaretha (satu episode kelam di masa-masa kuliah). Tapi, saya ndak mau suloyo dan ciloko. Akhirnya kapok jua; tutup botol, tutup oplosan, tobat sak tobat-tobate tobat sampai sekarang. Jangan ditiru, ya mase, mbake!
Terakhir, saya mau memberi tembakan salvo: SEJARAH 2001, KALIAN PANCEN NYENENGKEH! (ulangi keras-keras pake megaphone 1000x).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar