Terkenang Penolakanmu

Terkenang Penolakanmu
Sosokmu semampai dengan wajah semanis perasan tebu, tanpa banyak taburan bedak, apalagi polesan gincu. Rambutmu tergerai dengan beberapa helai tampak kepirang-pirangan terterpa matahari. Dandananmu simpel, tanpa pamer lekuk-lekuk body.
Aku jatuh cinta kepadamu, meski tak tahu apa alasannya. Ah, bukankah jatuh cinta ndak perlu alasan. Yang pasti, aku bertemu denganmu, kenal denganmu, berteman denganmu, waktu terus berlalu dan akhirnya aku jatuh cinta kepadamu. Dan ingin sekali aku menyatakan cintaku kepada dirimu.
Sayangnya, aku pesimis. Aku terlalu sering melihat wajahku di cermin dan membanding-bandingkannya dengan wajahmu, sosokmu. Sungguh, hati kecilku berkata bahwa aku tak sebanding dengan dirimu. Kamu pasti menolak cintaku. Sementara aku laki-laki, sebagaimana laki-laki lain di dunia ini, pantang tertolak cintanya. Bagiku, diam lebih mending ketimbang ditolak kamu.
Tapi, cintaku kepadamu semakin hari semakin menebal. Menyiksaku. Menambah beban hati dan rempeloku. Tak nyaman betul rasanya. Aku harus melakukan sesuatu. Menyatakan cintaku kepadamu, apapun hasilnya. Kamu terima atau tidak, aku akan tetap sebagai laki-laki. Tegar sebagaimana karang di lautan.
Demi menyatakan cinta yang sudah menjadi beban itu, akhirnya kuciptakan kenekatan. He'eh, pada hari itu, di pojokan gedung lantai tiga.
"Aku cinta kepada dirimu."
Aku mengucapkannya tanpa basa-basi, tanpa sehelaipun gombal mukiyo. Kamu tampak kaget, lalu tertawa kecil.
"Kita berteman saja, ya."
Sudah kuduga. Kamu menolak cintaku dengan jawaban yang sangat pasaran, tidak kreatif blas. Sedangkan aku sudah berjanji bahwa apapun yang terjadi aku akan tetap jadi laki-laki. Maka, kuurungkan emosi sesaat untuk meneriakkan asu di depan wajahmu. Laki-laki memang pantang tertolak cintanya, tapi perempuan jua yang menentukan pilihan.
Kini sudah belasan tahun berlalu, entah bagimana kabarmu sekarang. Tapi yang jelas, kamu pasti lupa akan kenekatanku waktu itu. Jelas pula kalau suamimu mampu menjadikan dirimu sebagai sosok yang tambah ayu, modis dan denok deblong. Sesuatu yang pasti takkan terjadi andai kamu bersuamikan aku.
Waktu itu, sekarang-karangnya diriku sebagai laki-laki, hatiku memang sempat sedikit dedel duel gara-gara penolakanmu. Tapi, sumpah, sekarang tak sebutir pun cintaku tersisa untukmu. Dan aku juga bahagia melihat dirimu bahagia bersama kangmasmu, Sodariku.
(*) kutulis setelah melihat foto-foto Facebook-mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar