El Clasico Anak Kampung

El Clasico Anak Kampung
Hola, buenos días! Cómo están?
Minggu pagi pertama saya di bulan April ini dibuka oleh obrolan teman-teman kampung yang semalem nonton El Clasico, Barcelona versus Real Madrid (1-2). Tentu, obrolan tersebut berbumbukan ejekan dari fans Real Madrid pada fans Barcelona yang cuma bisa mempertahankan diri dengan mengulang cerita kemenangan 0-4 Blaugrana di pertemuan pertama. Sedangkan saya cuma ngompor-ngompori saja, biar obrolan makin hot.
Jujur, sebagai maniak Liga Inggris yang militan, saya memang tidak terlalu suka sama La Liga dan liga-liga Eropa lainnya. Mangkanya, saat teman-teman nonton bareng El Clasico semalem, saya pilih ngorok seusai nonton Liverpool vs Tottenham Hotspur (1-1). Soal El Clasico, saya cukup nonton highlight-nya di YouTube saja. Itupun saya lakukan semata-mata agar tidak buta bola. Mosok hobi main bola ndak mengamati bola, kan kurang yes jadinya.
Dan sepanjang pengamatan saya, La Liga hanyalah tentang Real Madrid dan Barcelona. Ada sih yang lain, yaitu Atletico Madrid. Tapi kuda hitam yang punya kandang di Estadio Vicente Calderón itu takkan mampu menyaingi pesona dan citra rasa Real Madrid dan Barcelona yang lebih ngedap-edapi. Tak heran apabila teman-teman saya kemudian terbelah menjadi dua kubu yang mainstream: kubu Real Madrid dan kubu Barcelona.
Sebagai fans yang manis, teman-teman saya juga punya jersey, meski kualitasnya KW nomer enam belas. Sampeyan mesti bisa menebak jersey macam apakah itu. Yup, betul: punggung 7 milik Ronaldo dan punggung 10 milik Messi. Wajarlah, karena memang hanya dua pemain tajam itu yang punya prestasi paling komplit nan representatif di masing-masing kubu. Dua pemain itu pula yang memberi alasan pada teman-teman saya untuk ngefans sama Real Madrid atau Barcelona. Wong untuk nonton siaran langsung El Clasico saja, mereka masih tanya-tanya, browsing-browsing, Ronaldo dan Messi main apa ndak. Kalau Ronaldo berhalangan hadir di lapangan hijau, kubu Real Madrid mesti males buat nonton. Sebaliknya, kalau Messi ndak bisa turun, kubu Barcelona yang males. Umpama Ronaldo dan Messi sepakat untuk tidak main, ya sudah, kedua kubu mending main gaple atau karambol di gardu tempat nongkrong.
Saya pikir, suatu hari nanti teman-teman saya itu bisa saja ngefans sama MU, Arsenal, PSG, Man City ataupun Bayern Munchen, tergantung Ronaldo dan Messi mau pindah ke mana. Asal, mereka tidak pindah ke Persib, Persija, Arema, Sriwijaya FC dan klub-klub Indonesia lainnya. Mau pindah ke Indonesia piye tho, mas, lha wong liganya ndak ada.
Oh, iya, mungkin di antara sampeyan ada yang bertanya saya ngefans sama klub apa. Saya ngefans sama Chelsea, mas, mbak. Dari pertama ngelihat Chelsea hati saya langsung biru, ngeblues seperti blau. Trus untuk urusan pemain, saya suka sama Batistuta dan Zidane. Lho, mereka kan sudah pensiun dan ndak pernah main di Chelsea? Oh, no problemo. Saya sudah kadung tresno, ndak sreg sama lainnya. Pokoke Chelsea, Batistuta dan Zidane. Wis kui thok.
Lalu untuk timnas, yo jelas, seratus persen saya suporter Garuda di Dadaku. Vicky Vette saja mendukung kok, masa saya ndak.
Hasta la vista, baby!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar