Edisi Batu Akik

Ngelus-elus Batu Akik
Sudah tiga mingguan ini saya alpa untuk menggosok batu akik yang ngendon dalam kotak dompet. Kalau pake sih, tiap hari gonta-ganti. Tapi, baru beberapa saat yang lalu saya mengembalikan kinclong mereka yang nyaris terenggut. Sayang, handphone yang buat moto keluaran abad symbian. Jadi, ya, ndak begitu kentara kebonengan mereka. 
Awalnya, saya tidak ngiler sama batu akik. Tapi, lantaran sering nongkrong sama teman yang akiker, saya segera terserang demam batu akik. Cuma demam saja, tidak sampai gila, apalagi maksain diri untuk membeli dengan harga yang imposible. Lha kalau nekat beli, sama saja besar pasak daripada tiang e. Batu akiknya kebeli, sayanya patah-patah ketiban tiang.
Sebagai pelampiasan atas demam dan keterbatasan dana yang saya derita, saya fokuskan secara keilmuan saja. Maksudnya, meski fakir batu akik, saya harus tahu seluk-beluk mengenai batu akik. Alhasil, saya pun ikut teman ke pameran batu akik, melihat proses pembentukannya dan browsing-browsing via Internet Explorer. Untuk yang terakhir, saya lebih suka menjelajahi situs-situs luar negeri seperti Gemselect, Gemdat dan GIA serta mantengin video-video Gems Hunt dan Game of Stones-nya Discovery Channel di YouTube. Sedangkan situs-situs perakikan dalam negeri tidak begitu saya sukai karena mereka, menurut saya, kurang memberikan info yang ilmiah dan lebih mengupas sisi kegilaan harga yang tentu akan membuat saya semakin nelongso.
Edisi Batu Akik
Sebagian Koleksi Akike Hery Bagong
Berkat penjelajahan alam maya itulah, saya mendapatkan ilham bahwa trend batu akik hanyalah bisnis munyuk belaka yang takkan bertahan lama seperti musim gelombang cinta dan anthurium. Eh, ternyata beneran. Masa keemasan batu akik memudar. Harapan saya untuk memiliki batu akik pun membuncah.
Empat bulan lalu, saat mudik ke Sukoharjo, saya dan Hery Bagong (juga terserang demam akik) mengintai penggemar amatir yang sudah bosen dengan koleksi batu akiknya di grup jual-beli di Facebook. Akhirnya, setelah melakukan beberapa kali COD di seputaran Manahan, saya kelakon mendapatkan empat buah cincin batu akik (foto paling atas) dan beberapa butir lainnya yang belum naik ring. Total harganya tak lebih dari 150 ribu dengan kualitas di atas rata-rata. Penjualnya sedang mabok Topi Miring kali tuh! :)))
Dari trend batu akik, setidaknya saya mendapatkan pelajaran bahwa trend adalah trend yang pada suatu saat akan pupus oleh rasa bosan. Singkat kata, di atas trend masih ada trend. So, ketika lagi ngetrend sesuatu yang menarik sampeyan, tanyakan dulu hati kecil sampeyan yang paling dalam: mau mengambil kesempatan bisnisnya atau mau jadi konsumennya saja. Lalu, pelajari segala macem peluangnya, terutama dari sisi pendanaan atau pemodalannya.
Salam boneng. Cling!

2 komentar:

  1. hehehehe, sekarang dah gak demam, kan dah punya akik. Dulu, gimana gak mo demam, lha hargane edan-edanan

    BalasHapus